Kamis, 19 Agustus 2010

Dia Kuat,Gagah dan Tak Terkalahkan.......... Andy Lase (Kenangan Jalanan Maret SiLam)

Aktivitas di kampus telah usai di siang itu.Garangnya matahari membuatku gerah dan kerongkongan pun serasa kering.Kujejakkan kakiku menuju Pajak USU yang cukup berdekatan dengan gedung kampusku.
Sesampainya disana,kupesan segelas Nutri Sari dingin dan kucari tempat duduk kosong.Kusebarkan tatapanku ke seluruh kantin melepas rasa bosan.Tak lama berselang,segerombolan anak kecil datang menghibur para pengunjung kantin.Dengan memainkan gitar kecil,gendang yang mungkin buatan mereka dan kumpulan tutup botol yang dijadikan kerincing,mereka bermain dengan ciamik.Cukup mencuri perhatianku.

'Kami datang membawa hiburan....
'Kakak dan abang,seribu saja yang kami minta..
'Tolong donk jangan pelit..
'Uang pacaran mudah,seribu aja susah...................................................................................................................................................................................................................................................

Begitulah sepenggal lirik yang kudengar dan masih kuingat.Mereka cukup cekatan memainkan alat musik sederhana diiringi suara polos yang seirama dengan raut muka.Kukeluarkan selembar duit bergambar Tuanku Imam Bonjol dan kuisikan di sebuah kantong plastik yang mereka bawa.

Aq tertegun dan mataku tertuju pada salah seorang yang paling kecil diantara mereka.Entah perasaan apa yang melingkupiku sehingga kucoba memanggilnya.Awalnya ia malu-malu menanggapi panggilanku dan ketika kuhaturkan seulas senyum keramahan,keberaniannya untuk mendekatiku pun muncul.

Sekarang ia telah duduk disampingku.Kutawarkan segelas minuman dingin kepadanya,dan ia pun tak menolaknya.Kucoba bertanya-tanya tentang dirinya.Tak kusangka,dia pun bercerita dengan cukup lancar.Melihat respon yang positif darinya,aq pun menghujamnya dengan berbagai pertanyaan.Sangat menarik!!

Namanya Andy Lase.seorang Nias yang menetap di Medan pasca gempa menimpa Bumi Nias.Umurnya 7 tahun dan sekolah di SD Inpres di dekat kediamannya.Wajahnya lugu dengan perawakan kecil.Dia memiliki 6 suadara.Dua kakanya tertua telah meninggal akibat keganasan gempa.Seorang kakaknya lagi mengalami cacat tubuh,seorang lagi pergi merantau dan tak ada kabar hingga sekarang.Sedangkan kedua adiknya tinggal di rumah karena masih kecil sambil menunggu kedua orangtuanya pulang bekerja.
Ayahnya bekerja sebagai penarik becak dan ibunya bekerja mencuci pakaian di sekitar tempat tinggal mereka.Kutatap wajahnya yang menggambarkan kesedihan.Tak kuasa aku melihatnya.Kutawarkan lagi makan siang untuknya dan dia pun menolak.
Seharian mengamen,dia mendapatkan sekitar Rp.20 ribuan.Uang itu digunakan untuk membiayai sekolahnya dan sisanya diberikan kepada ibunya untuk kebutuhan mereka sehari-hari.Aq mengambil kesimpulan,yang menjadi tulang punggung keluarga adalah ayah,ibi dan seorang Andy Lase.
Cukup lama kami bercerita dan setelah itu, dia pun pamit untuk pulang.Kutatap kepergiannya dan dia pun menghilang.Aq berkhayal dan tak beranjak dari kantin.Inspirasi bisa datang kapan saja,dimana saja dan dari siapa saja,pikirku.Aku tak pernah menduga,seorang pengamen kecil mengajarkanku sebuah kenyataan yang cukup besar.

Pikiranku terus dibayangi cerita di kantin td hingga beberapa hari kemudian.

Hari itu aku diperintahkan oleh atasanku,Pemimpin Umum Tabloid tempatku bekerja mengantarkan sebuah titipan untuk dikirim ke Jakarta.Di tengah perjalanan,kulihat seorang Andy Lase sedang mengamen di sekitar Jl.Dr Mansyur.Kuhentikan kendaraanku dan aku pun menghampirinya.Kutepuk bahunya dan secara refleks dia pun memelukku dan menangis.Kucoba menenangkannya.Setelah itu,dia pun kembali bercerita.
Kali ini benar-benar membuat aku tak berdaya.Ayahnya jatuh sakit dan dia pun telah berhenti sekolah.
Kami beranjak ke rumahnya dan tugasku mengantar titipan pun kuabaikan.Sesampainya di rumah,hanya sang ayah yang kami temukan terbaring lemah.Jujur saja,kurasakan diriku teramat bodoh.Hanya selembar lima puluh ribuan yang aq punya,dan itupun dengan konsekuensi aku gak boleh nongkrong di kampus selama seminggu ini.Tapi sangat lah tidak rugi memberikannya untuk membayar kebodohanku,walaupun aku sadar dengan uang itu tak banyak hal yang dapat mereka lakukan.
Aku kembali teringat tugasku dan aku pun beranjak pergi dari rumah itu.Dalam sesaat,aku menjadi sangat melankolis,membunuh watakku yang ekstrim dan mengembalikannya ke sifat yang sungguh manusiawi.Mendengar cerita sang ayah,kekagumanku pun semakin dalam buat Andy.Pagi-pagi sekali dia sudah bagun dari tidurnya,mengangkat air dari sumur untuk kebutuhan keluarga.Apalagi semenjak ayahnya sakit.Sedangkan ibunya sibuk mengurus kedua adiknya yang masih kecil.Setelah itu dia berangkat ke sekolah dengan hanya sebuah seragam.Sepulang dari sekolah,mengamen di jalanan.
Sepulang mengamen,memandikan kedua adiknya.Begitulah sehari-hari sehingga kelihatan tubuhnya pun seakan kurang gizi.

Mungkin cerita perkenalanku dengan seorang Andy Lase teramat singkat.Tapi seakan tak percaya,cukup membawa perubahan cara pandang dan emperluas pikiran.

Andy Lase=Mario Teguh dalam diriku sekarang.Motivator ulung yang tersembunyi,inspirasi layaknya Sang Maradona di Argentina.Pertama,aku semakin suka menulis yang enggak-enggak (dalam artian bukan urusanku,tapi hal-hal yang lumrah dan manusiawi).Kedua.aku mencintai konflik (mungkin kurang tepat dikatakan konflik,tapi selalu saja ujungnya adalah konflik) dan itu membuatku tertawa seperti orang gila.Ketiga,aku menjadi seorang kritikus sejati (menjadi perfeksionis hanya karena sedikit hal yang membuatku merasa sangat berjasa dan congkak).Dan setelah itu semua,aku menjadi memiliki banyak musuh dan sebagai pandangan negatif bagi orang lain.Semakin hari,semakin aku menikmati sosok kontroversi.Aku menikmati hidup layaknya begini.Bebas dan tak bertuan.

Mari kita awali "pertengkaran"!!!! Ayo 'panaskan' suasana.
Hei semua!! Aku,kau dan siapa saja.Apa aq,kau dan kita pantas disejajarkan dengan seorang Andy Lase.?? Buka mulutmu,sampaikan dengan lantang!! Aq,kau dan kita adalah mahasiswa (katanya),dia hanya seorang pengemis yang dihitung dari peluang memang tak berpeluang.Dia kekar walau kecil.Dia gagah,walau tenaganya lemah.Tapi dia tetaplah pahlawan.Aq,kau dan dia bagaimana??
Hanya sampah,bedebah,kerjanya cuma ngabisin duit orang tua.Tamat kuliah ngandalin uang.Ditempatkan di sebuah Departemen elite dan cukup bangga mengenakan seragam sampah.Uang sajalah tuan kita.Kita berfoya-foya,menjadi jumawa dengan kehebatan orangtua.Teramat bagga lah kita mengendarai Honda Jazz menjejak kampus,teramat banggalah kita mengangkat setinggi-tingginya Blackberry keluaran terbaru,teramat banggalah kita mengenakan pakaian necis "berlauk" perhiasan mewah.Asalnya ANTAH BERANTAH.Kita kenakan itu ibarat sampah,dipungut entah darimana.Okelah kesombongan kita dibarengi prsetasi melimpah.Kalau titel elite tanpa isi????? Tidur sajalah kita!! kembali lah kita ke pangkuan mami papi kita!!!Jari tengah apresiasi buat kita.5 huruf,K**T*L Piala buat kita..!!!

Aq menceritakan aq adalah laknat.Yang dalam pikiran anda sekalian juga lah laknat.Aq juga seperti kau.
Anda sekalian akan menyumpahiku karena kejengkelan.Bagi yang merasa benar,hanya mengeluarkkan sesimpul senyum dan berbenah.

Dan kembali,walau aku tak berguna bagi diriku sendiri.Seenggaknya kekasaranku mendewasakan kita.AMIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar